IKHTIAR
Yunia terlihat sumringah kala membuka kiriman paket yang sudah ditunggunya sejak kemarin.
"Beli produk perawatan wajah lagi? Produk yang kemarin saja masih belum habis," celetuk Wisnu, suaminya.
"Itu kan beda, nggak alami. Nah, kalau yang ini, 100% alami," sahut Yunia.
"Ini apa? Susu?" tanya Wisnu lagi sambil memperhatikan sebuah botol yang berisi cairan putih.
"Ini susu kefir. Katanya, agar hasilnya maksimal, perawatan kulit bukan cuma dari luar, sebaiknya harus diikuti perawatan dari dalam juga dengan cara meminum susu kefir," jelas Yunia.
"Oh, kefir. Aku pernah denger, katanya obat untuk macam-macam penyakit. Teman SMA-ku punya penyakit asma dari kecil. Atas izin Allah, alhamdulillah kondisinya membaik setelah ikhtiar minum itu. Biasanya dia pucat. Kemarin waktu ketemu di acara reuni, kelihatan segar," cerita Wisnu.
"Kata penjualnya sih ini bukan obat, Mas. Ini nih, penjelasan mengenai kefir beserta manfaatnya." Yunia menyerahkan buku kecil mengenai kefir dan manfaatnya kepada Wisnu.
Setelah membaca buku yang diberikan secara cuma-cuma oleh penjualnya itu, Wisnu jadi tertarik dengan kefir.
"Mas Wisnu mau pakai cream, sabun, dan toner kefirnya juga?" tanya Yunia.
"Aku lebih tertarik dengan manfaat susu kefirnya, Yun. Katanya, bagus untuk masalah pencernaan. Boleh coba sedikit?" izin Wisnu yang memang memiliki penyakit maag.
"Ambil saja, Mas. Aku nggak minum susunya. Tadi sudah kucoba. Rasanya asem banget. Nggak doyan, aku."
Setelah membersihkan wajah, Yunia segera mengoleskan cream kefir di area wajahnya. Beberapa saat kemudian, ia merasakan gatal seperti dikerubungi semut dan sedikit perih. Setelah cream kefir dibersihkan, ia makin menggerutu karena menemukan kulit wajahnya malah menjadi kemerahan. Yunia pun berniat komplain pada si penjual.
Wisnu yang sedari tadi mendengar gerutuan istrinya, mendekati Yunia dan memperhatikan wajah istrinya dan berkata, "bukankah itu reaksi detoksifikasi yang wajar? Apa lagi kamu sering memakai kosmetik yang mengandung bahan kimia. Nah, sekarang racun-racunnya sedang dikeluarkan," ujar Wisnu menjelaskan.
"Benar seperti itu?" Tanya Yunia.
"Lho, memangnya kamu tidak baca buku tentang kefir itu? Di situ tertulis pula penjelasan mengenai proses detoksifikasinya," ujar Wisnu mengingatkan.
"Aku nggak baca detailnya. Cuma baca cara penggunaannya."
"Nah, itu kebiasaan buruk kamu, malas membaca. Dari yang kubaca tadi, disebutkan bahwa pada awal pemakaian kefir, baik produk komestika ataupun susu kefirnya, dapat terjadi proses detoksifikasi. Dan prosesnya itu tergantung pada kesehatan orang tersebut. Kalau ada penyakit di pencernaannya, bisa saja terjadi diare. Nah, kalau di wajah, bisa terjadi kemerahan dan gatal. Mungkin itu proses pengeluaran racun yang disebabkan pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimia secara berkepanjangan," jelas Wisnu.
"Sampai kapan ya proses ini berlangsung?" Tanya Yunia.
"Katanya sih tergantung kondisi kulit wajah. Ada yang hanya beberapa hari, bahkan ada yang sampai berminggu-minggu," jelas Wisnu lagi.
Setelah berbincang dengan istrinya, Wisnu mengambil gelas dan mencoba meminum kefir. Rasa asam yang tak biasa langsung menyelinapi lidahnya ketika ia meminum cairan putih itu. Namun, ia benar-benar ingin berikhtiar sembuh melalui kefir. Setelah beberapa kali minum, akhirnya ia malah ketagihan. Semenjak itu, Wisnu jadi keranjingan kefir. Awal-awal mengonsumsi kefir, ada rasa begah, perut panas, bahkan diare. Namun ia tahu, bahwa itu adalah proses detoksifikasi yang menandakan bakteri baik sedang melawan bakteri jahat di dalam tubuhnya.
Proses detoksifikasi yang dialami Wisnu hanya berlangsung beberapa hari. Setelah rutin mengonsumsi kefir, kini ia merasa lambungnya lebih nyaman. Bahkan, sekarang ia tak lagi minum obat maag. Selain itu, ia pun merasa tubuhnya lebih segar. Tak sampai di situ, setelah beberapa bulan meminum kefir, ia pun mendapat bonus berupa berkurangnya berat badan sebanyak 6 kg. Ia pun semakin menggemari kefir, bahkan akhirnya ia menjadi rajin membuat kefir sendiri dan bergabung dalam salah satu komunitas kefir di Indonesia.
Berbeda dengan suaminya, kondisi wajah Yunia tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Wajahnya kini ditumbuhi jerawat-jerawat kecil.
"Kok makin parah ya, Mas? Aku jadi ragu dengan kefir. Apa benar kefir bisa menyembuhkan penyakit berat, sedangkan menyembuhkan penyakit kulit yang berjerawat saja tidak bisa?" cibir Yunia.
"Bukan kefir yang menyembuhkan penyakit, tetapi Allah lah yang menyembuhkannya. Selama ini kamu memakai kosmetik yang mengandung bahan kimia dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Wajar saja jika proses detoksifikasinya lama. Lagipula, seharusnya kamu lebih bersabar. Orang yang diuji dengan penyakit berat saja ikhlas dan berusaha ikhtiar dengan kefir. Kamu hanya diuji dengan penyakit kulit saja tidak sabar. Itu tandanya kamu tidak ikhlas diberi ujian oleh Allah. Kalau kamu masih ragu dengan kefir, coba kamu lihat buktinya ada di depan kamu. Aku yang sudah lama menderita maag kronis, alhamdulillah atas izin Allah, kondisi kesehatanku jauh lebih baik daripada sebelumnya dan aku bisa bebas dari ketergantungan obat lambung. Selain aku, ternyata di luar sana sudah ada banyak orang yang kondisi kesehatannya membaik dengan ikhtiar lewat kefir ini, seperti penderita penyakit diabetes, GERD, bahkan stroke ringan. Ternyata benar, kefir itu bukan obat, namun khasiatnya dapat melebihi beberapa jenis obat. Saran dari Mas, sebaiknya sembari memakai produk kosmetikanya, rutinkan pula meminum kefirnya. Tubuh yang sehat jauh lebih penting daripada penampilan luar, bukan?"
Yunia terdiam. Ia malu pada dirinya sendiri. Orang yang diuji dengan penyakit berat saja bisa ikhlas menerima dan berikhtiar sembuh melalui media kefir. Sedangkan, ia yang hanya diuji penyakit kulit ringan saja, sudah menggerutu. Terlebih, penyakit yang ia derita itu akibat ulahnya sendiri yang sering gonta-ganti kosmetik berbahan kimia yang berbahaya untuk kulit.
"Mas, masih ada stok susu kefir di kulkas?" tanya Yunia pada Wisnu yang kemudian dibalas dengan anggukan dan senyuman oleh suami tercintanya itu.
Selesai
Bekasi, 15 November 2016