Tuesday, November 15, 2016

CERPEN #1

IKHTIAR

Yunia terlihat sumringah kala membuka kiriman paket yang sudah ditunggunya sejak kemarin.

"Beli produk perawatan wajah lagi? Produk yang kemarin saja masih belum habis," celetuk Wisnu, suaminya.

"Itu kan beda, nggak alami. Nah, kalau yang ini, 100% alami," sahut Yunia.

"Ini apa? Susu?" tanya Wisnu lagi sambil memperhatikan sebuah botol yang berisi cairan putih.

"Ini susu kefir. Katanya, agar hasilnya maksimal, perawatan kulit bukan cuma dari luar, sebaiknya harus diikuti perawatan dari dalam juga dengan cara meminum susu kefir," jelas Yunia.

"Oh, kefir. Aku pernah denger, katanya obat untuk macam-macam penyakit. Teman SMA-ku punya penyakit asma dari kecil. Atas izin Allah, alhamdulillah kondisinya membaik setelah ikhtiar minum itu. Biasanya dia pucat. Kemarin waktu ketemu di acara reuni, kelihatan segar," cerita Wisnu.

"Kata penjualnya sih ini bukan obat, Mas. Ini nih, penjelasan mengenai kefir beserta manfaatnya." Yunia menyerahkan buku kecil mengenai kefir dan manfaatnya kepada Wisnu.

Setelah membaca buku yang diberikan secara cuma-cuma oleh penjualnya itu, Wisnu jadi tertarik dengan kefir.

"Mas Wisnu mau pakai cream, sabun, dan toner kefirnya juga?" tanya Yunia.

"Aku lebih tertarik dengan manfaat susu kefirnya, Yun. Katanya, bagus untuk masalah pencernaan. Boleh coba sedikit?" izin Wisnu yang memang memiliki penyakit maag.

"Ambil saja, Mas. Aku nggak minum susunya. Tadi sudah kucoba. Rasanya asem banget. Nggak doyan, aku."

Setelah membersihkan wajah, Yunia segera mengoleskan cream kefir di area wajahnya. Beberapa saat kemudian, ia merasakan gatal seperti dikerubungi semut dan sedikit perih. Setelah cream kefir dibersihkan, ia makin menggerutu karena menemukan kulit wajahnya malah menjadi kemerahan. Yunia pun berniat komplain pada si penjual.

Wisnu yang sedari tadi mendengar gerutuan istrinya, mendekati Yunia dan memperhatikan wajah istrinya dan berkata, "bukankah itu reaksi detoksifikasi yang wajar? Apa lagi kamu sering memakai kosmetik yang mengandung bahan kimia. Nah, sekarang racun-racunnya sedang dikeluarkan," ujar Wisnu menjelaskan.

"Benar seperti itu?" Tanya Yunia.

"Lho, memangnya kamu tidak baca buku tentang kefir itu? Di situ tertulis pula penjelasan mengenai proses detoksifikasinya," ujar Wisnu mengingatkan.

"Aku nggak baca detailnya. Cuma baca cara penggunaannya."

"Nah, itu kebiasaan buruk kamu, malas membaca. Dari yang kubaca tadi, disebutkan bahwa pada awal pemakaian kefir, baik produk komestika ataupun susu kefirnya, dapat terjadi proses detoksifikasi. Dan prosesnya itu tergantung pada kesehatan orang tersebut. Kalau ada penyakit di pencernaannya, bisa saja terjadi diare. Nah, kalau di wajah, bisa terjadi kemerahan dan gatal. Mungkin itu proses pengeluaran racun yang disebabkan pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimia secara berkepanjangan," jelas Wisnu.

"Sampai kapan ya proses ini berlangsung?" Tanya Yunia.

"Katanya sih tergantung kondisi kulit wajah. Ada yang hanya beberapa hari, bahkan ada yang sampai berminggu-minggu," jelas Wisnu lagi.

Setelah berbincang dengan istrinya, Wisnu mengambil gelas dan mencoba meminum kefir. Rasa asam yang tak biasa langsung menyelinapi lidahnya ketika ia meminum cairan putih itu. Namun, ia benar-benar ingin berikhtiar sembuh melalui kefir.  Setelah beberapa kali minum, akhirnya ia malah ketagihan. Semenjak itu, Wisnu jadi keranjingan kefir. Awal-awal mengonsumsi kefir, ada rasa begah, perut panas, bahkan diare. Namun ia tahu, bahwa itu adalah proses detoksifikasi yang menandakan bakteri baik sedang melawan bakteri jahat di dalam tubuhnya.

Proses detoksifikasi yang dialami Wisnu hanya berlangsung beberapa hari. Setelah rutin mengonsumsi kefir, kini ia merasa lambungnya lebih nyaman. Bahkan, sekarang ia tak lagi minum obat maag. Selain itu, ia pun merasa tubuhnya lebih segar. Tak sampai di situ, setelah beberapa bulan meminum kefir, ia pun mendapat bonus berupa berkurangnya berat badan sebanyak 6 kg. Ia pun semakin menggemari kefir, bahkan akhirnya ia menjadi rajin membuat kefir sendiri dan bergabung dalam salah satu komunitas kefir di Indonesia.

Berbeda dengan suaminya, kondisi wajah Yunia tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Wajahnya kini ditumbuhi jerawat-jerawat kecil.

"Kok makin parah ya, Mas? Aku jadi ragu dengan kefir. Apa benar kefir bisa menyembuhkan penyakit berat, sedangkan menyembuhkan penyakit kulit yang berjerawat saja tidak bisa?" cibir Yunia.

"Bukan kefir yang menyembuhkan penyakit, tetapi Allah lah yang menyembuhkannya. Selama ini kamu memakai kosmetik yang mengandung bahan kimia dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Wajar saja jika proses detoksifikasinya lama. Lagipula, seharusnya kamu lebih bersabar. Orang yang diuji dengan penyakit berat saja ikhlas dan berusaha ikhtiar dengan kefir. Kamu hanya diuji dengan penyakit kulit saja tidak sabar. Itu tandanya kamu tidak ikhlas diberi ujian oleh Allah. Kalau kamu masih ragu dengan kefir, coba kamu lihat buktinya ada di depan kamu. Aku yang sudah lama menderita maag kronis, alhamdulillah atas izin Allah, kondisi kesehatanku jauh lebih baik daripada sebelumnya dan aku bisa bebas dari ketergantungan obat lambung. Selain aku, ternyata di luar sana sudah ada banyak orang yang kondisi kesehatannya membaik dengan ikhtiar lewat kefir ini, seperti penderita penyakit diabetes, GERD, bahkan stroke ringan. Ternyata benar, kefir itu bukan obat, namun khasiatnya dapat melebihi beberapa jenis obat. Saran dari Mas, sebaiknya sembari memakai produk kosmetikanya, rutinkan pula meminum kefirnya. Tubuh yang sehat jauh lebih penting daripada penampilan luar, bukan?"

Yunia terdiam. Ia malu pada dirinya sendiri. Orang yang diuji dengan penyakit berat saja bisa ikhlas menerima dan berikhtiar sembuh melalui media kefir. Sedangkan, ia yang hanya diuji penyakit kulit ringan saja, sudah menggerutu. Terlebih, penyakit yang ia derita itu akibat ulahnya sendiri yang sering gonta-ganti kosmetik berbahan kimia yang berbahaya untuk kulit.

"Mas, masih ada stok susu kefir di kulkas?" tanya Yunia pada Wisnu yang kemudian dibalas dengan anggukan dan senyuman oleh suami tercintanya itu.

Selesai

Bekasi, 15 November 2016

Monday, August 15, 2016

Masak Instant

Musim hujan datang lagi. Biasanya di kala hujan turun, apa lagi di malam hari, udara terasa makin dingin. Saat itu adalah waktu yang tepat untuk menghangatkan diri dengan makanan yang hangat. Namun, terkadang rasa malas datang. Inginnya langsung beli saja, tunggu tukang makanan keliling lewat depan rumah. Tapi kadang kalau ditunggu, si pedagang malah tidak ada yang lewat. Bikin mie instan? Sudah biasa. Mungkin makanan ini bisa jadi alternatif di kala malas memasak melanda. Bisa juga dijadikan menu sarapan, karena cara buatnya yang simple.

Cream soup yang lembut dipadu dengan roti nan renyah.

Banyak yang sayang memakannya karena bentuknya yang lucu.

CREAM SOUP & ROTI PANGGANG HELLO KITTY
a la Wonderful Aozora

Bahan:
1. Cream soup instant: 1 bungkus
2. Susu tawar: 500 ml
3. Roti tawar: 5 buah (sesuai keinginan)
4. Olesan mentega (saya membuatnya dengan mencampur mentega tawar, garam, oregano kering, keju cheddar oles. Jika ingin lebih simple, cukup pakai margarin.)
5. Saus cabai dan saus lada hitam secukupnya untuk menghias
6. Keju parut secukupnya, untuk taburan

Cara membuat:
1. Masak cream soup dengan susu segar sampai mendidih, cukup menggunakan api sedang, kemudian sisihkan.
2. Bentuk roti dengan menggunakan cetakan hello kity.
3. Oles roti dengan olesan mentega.
4. Hias roti berbentuk wajah hello kitty, jika tidak dihias, bisa cukup ditaburkan keju parut.
5. Panggang roti dengan oven yang sudah dipanaskan suhu 180'C sampai kecoklatan kurang lebih 15 menit.

Catatan:
*Jika tidak ada cetakan hello kitty, roti dapat dipotong segi empat atau segitiga.
*Jika tidak ada oven, roti dapat dipanggang dengan menggunakan wajan anti lengket. Jangan lupa dibolak-balik rotinya agar kedua sisinya matang merata.

Selamat mencoba.

Saturday, July 9, 2016

CERPEN - "KERAK"

KERAK

"Kak, masih lama di dalam?" Tanya Lina, mengulang pertanyaan yang sudah dilontarkan sebelumnya oleh Ibu sekitar lima menit yang lalu.

"Tunggu dulu ya, Lin. Masih kotor banget nih bak mandinya," jawabku dari dalam kamar mandi.

Sudah lama bak mandi ini tak kubersihkan. Pasir-pasir halus berkumpul di dasarnya. Kerak-kerak pun menyebar memenuhi keempat sisinya.

Bak mandi di rumahku tak terlalu besar. Namun, tingginya yang seperut orang dewasa membuatku sulit membersihkan dasarnya. Usai membersihkannya, pinggang terasa pegal. Karena itu lah, aku jarang membersihkannya. Tak tega pula kubiarkan ibu atau adikku yang melakukannya. Karena itu sudah menjadi kewajibanku, mengingat aku satu-satunya laki-laki di rumah ini.

Seluruh bagian bak, baik bagian dalam maupun luar, telah kubersihkan. Dengan mudah, pasir-pasir dan bercak tipis kotorannya menghilang. Namun, sekuat apapun aku menyikat, kerak-kerak yang menempel, tak kunjung memudar. Bahkan, kini keraknya jauh lebih tebal dari sebelumnya. Pastinya, karena sudah terlalu lama tak dibersihkan.

Hal tersebut mengingatkanku pada diriku sendiri. Sudah lama aku menyimpan kebencian pada ayahku yang meninggalkan aku, adik, dan ibuku tanpa kabar selama sembilan tahun. Tanpa kusadari, kebencian itu telah mengerak di dalam hatiku. Semakin lama semakin menebal.

Setelah lebih dari 30 menit berada di dalam kamar mandi, akhirnya aku menghirup udara segar. Aku menyerah menghadapi kerak-kerak itu. Segera kubertolak ke kamar untuk merebahkan badan. Dalam perjalanan menuju kamar, aku mendengar Lina bercakap-cakap dengan seseorang melalui telepon. Kutebak, itu pasti Ayah.

Dua tahun terakhir ini, sehari sebelum hari raya, Ayah selalu menghubungi kami, menanyakan kabar serta berharap dapat bertemu dengan kami pada hari raya. Namun, selalu kutolak permintaannya. Kukatakan pula pada Lina, jika Ayah menghubungi lagi, langsung saja putuskan sambungan teleponnya.

Lina terlihat pucat saat melihatku mendekat ke arahnya. Kuambil alih gagang telepon darinya. Ia terlihat cemas.

"Assalamu'alaikum, Ayah. Bagaimana kabar Ayah? Kami rindu sekali pada Ayah." Mataku berkaca-kaca setelah berkata demikian.

Aku sudah lelah memikul dendam. Di hari yang fitri, ingin kubersihkan diri ini dari kerak-kerak kebencian yang selama ini memenuhi hatiku.

Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Mohon maaf lahir dan batin.

Bekasi
9 Juli 2016 / 4 Syawal 1437 H

Friday, June 17, 2016

KEFIR I'm in Love



Orang awam seperti saya hanya tau kalau kefir itu adalah susu fermentasi seperti yogurt. Karena sangat suka sekali dengan yogurt, saya penasaran dan mencoba kefir. Akhirnya, pada tanggal 18 Mei 2016, saya memutuskan untuk memesan susu kefir beserta bibitnya di suatu toko online. Pertama kali membuka botol kefir, aroma kefir langsung menyapa saya. Aromanya unik, samar-samar seperti bau tape, namun lebih kuat dan menyengat. Kejutan berikutnya datang dari rasanya. Lebih asam dari yogurt. Saat itu saya tidak yakin dapat meminum minuman yang berasal Rusia ini begitu saja. Minimal harus ditambah madu lah, begitu pikir saya.

Kali kedua saya meminum kefir, saya campurkan buah pear dengan cara di-blender tanpa pemanis sama sekali. "Enak!" sorak saya dalam hati. Rasa asam khas kefir tetap terasa, namun tidak terlalu kuat. Ditambah sari buah pear yang manis dan segar, hmm nikmat! Namun, lama kelamaan akhirnya saya terbiasa minum kefir tanpa tambahan apapun. Sejak saat itu, saya jadi jatuh cinta pada minuman yang merupakan hasil fermentasi susu dengan bibit kefir ini.

Saya mencoba menawarkan minuman probiotik ini kepada ibu saya yang memang memiliki penyakit maag. Saat itu saya tidak yakin Ibu akan menyukainya. Namun, di luar dugaan, beliau malah ketagihan. Tak hanya ibu, tante saya yang juga memiliki masalah pencernaan pun ketagihan kefir. Awalnya tante saya ragu, karena tidak kuat dengan minuman atau makanan asam. Namun, setelah saya beri tahu manfaat dan khasiat kefir, beliau langsung memberanikan diri meminumnya, namun dengan tambahan sedikit air mineral.

Beberapa orang mengalami efek detoks setelah minum kefir. Efek detoks yang dialami oleh ibu saya berupa diare selama 1-2 hari, setelahnya normal kembali. Tante saya tidak mengalami keluhan apa-apa. Namun menurutnya, setelah minum kefir, kotorannya terlihat padat tidak seperti biasanya. Sedangkan efek yang terjadi pada saya, perut terasa panas sebentar. Namun, saat saya meminum kefir di saat perut kosong, justru perasaan panas itu tak terlalu saya rasakan.

Kefir memang bukan obat, namun merupakan pangan probiotik yang mengandung banyak sekali bakteri baik. Meskipun bukan obat, namun dengan izin Allah disertai doa dan ikhtiar meminum kefir, sudah banyak orang yang membaik dari sakitnya. Semoga ibu dan tante saya pun dapat segera sembuh dari sakit yang mereka derita selama bertahun-tahun.

Walaupun bagus untuk kesehatan, namun tak semua orang mau meminum kefir. Alasan klisenya adalah karena aroma dan rasanya yang kecut. Kalau dipikir-pikir, makanan atau minuman enak hanya terasa nikmat saat di mulut saja. Jika sudah masuk tenggorokan, kita tak bisa lagi merasakan kenikmatannya. Namun, makanan atau minuman sehat, mungkin saja bagi kita tak enak di mulut, namun manfaatnya bisa dirasakan ketika ia berada di dalam tubuh kita.

Untuk menyiasati rasa kefir yang asam, dapat ditambahkan buah seperti yang saya lakukan di awal-awal konsumsi kefir. Jenis buah dan takarannya disesuaikan dengan selera masing-masing. Jika dirasa kurang manis, dapat pula ditambahkan pemanis alami seperti madu.

Semoga bermanfaat ^_^



Susu kefir murni tanpa tambahan buah ataupun pemanis.


Monday, April 21, 2014

Hari Kartini

Hari ini (menurut kepercayaan orang Indonesia) adalah Hari Kartini alias Hari Harum. What? Harum apaan? Harum itu nama asli Ibu Kartini deh kayaknya. Coba aja inget2 lagunya. "Ibu kita Kartini, putri sejati, putri Indonesia, HARUM namanya." Ya kan? Mungkin Harum itu nama yang dipake di akte kelahirannya kali ya, sedangkan Kartini itu nama tenarnya. Atau sebaliknya? Entahlah, hanya Tuhan dan google yang tahu.. :D :D :D

Iya, ngomong2 tentang Hari Kartini, waktu TK gue tuh sebel banget sama Hari Kartini. Ini nih alasannya kenapa gue tuh sebel banget Hari Kartini pas TK:
  1. Udah ga dijadiin hari libur, eeeh malah jadi harus pake baju daerah pula. Berhubung gue ga punya baju daerah n nyokap ga bisa dandanin, otomatis gue jadi harus ke salon pagi2. Sumpah, gue tuh paling sebel kalo waktu tidur gue didiskon, apapun alasannya!
  2. Gue n rekan-rekan se-TK kudu konvoi sambil pake baju adat. Ya ampuuuuun, waktu TK tuh pake baju adat plus muka menor aja udah bikin tekanan batin. Apalagi pake disuruh jalan2 keluar TK yang pastinya bakal banyak pasangan mata yang melihat, ya kan dong? Maluuuuu bangeeet. Gue kan emang dari umur 3 tahun emang udah berbakat jadi seorang pemalu. hohohoho
  3. Harus nyanyi lagu Ibu Kita Kartini kenceng2 depan orang2. Duh, dah tau gue pemalu. Ga nyanyi aja udah malu2in. Apalagi ini nyanyi di depan banyak orang. Kalo waktu TK dulu gue udah kenal istilah lipsync, mungkin gue bakal pake "metode" itu. Tsah, metode...
Ya itu lah kira2 alasan kenapa gue sebel banget Hari Kartini. Tapi ternyata, tradisi pake baju adat saat Hari Kartini ga cuma berhenti pas jaman TK. Pas SD pun masih ada tradisi kayak gitu. Oh nooooo!!! Gila meeeeeeeen, selama 7 tahun tiap tanggal 21 April, gue merasakan stress yang tiada tara. (Halaaaaah lebay)

Gara2 itu, di alam bawah sadar gue jadi benci sama Ibu Kartini (maaf ya Bu Kartini, namanya juga anak2). Dulu waktu SD gue juga mikir gini, "ih gara2 Bu Kartini nih jadi ada emansipasi wanita segala, penyetaraan gender, yang bikin cewek jadi ikutan sekolah juga. Kan enakan di rumah. Bisa nonton tv, maen sega, bangun siang, dll." (Ih ternyata selain pemalu, dari kecil gue juga udah berbakat jadi pemalas). Tapi sekarang, setelah dewasa, gue jadi berterima kasih sama Ibu Kartini. Karena jasa beliau, kami, kaum wanita, jadi disamakan derajatnya (secara sosial) dengan kaum laki, sehingga kami bisa sekolah lebih tinggi, meraih karir yang lebih baik, dll. Kami jadi merasa lebih dihargai dan dihormati. Terima kasih Ibu Harum, eh Ibu Kartini yang HARUM namanya :)